Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Aksi Nyata Penerapan Modul 1.1
Kesimpulan dan Reflesi Pemikiran Filosofi Ki Hajar Dewantoro
Diterbitkan :13 September 2022
Jurnal: Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 tentang Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantoro
Penulis : Kartam, S.Pd
Fasilitator: Andriansyah Puluhulawa, M.Pd
Pengajar Peraktik :Irwan Kurniawan, M.Pd
Latar Belakang :
Menurut Ki Hajar Dewantoro, “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraph 4)
Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak untuk kehidupan yang lebih baik.(Dewantara, 2011).
Menurut Ki Hajar Dewantara jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan kepentingan hidup anak harus menjadi perhatian dan diakomodasi (Wiryopranoto, Herlina, Marihandono & Tangkilisan, 2017).
Ki Hajar Dewantara membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia untuk mecapai kebahgiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara, 1994).
Menurut Ki Hajar Dewantoro, Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat “berhamba pada sang anak” dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas (Karya Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, halaman 382 – Buku Kuning)
Menurut Ki Hajar Dewantoro, “Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa” .Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan Pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan)
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
Menurut Ki Hajar Dewantoro, seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman jagung dan lain sebagainya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.2, paragraph 1)
Pembahasan :
Jurnal Refleksi ini sebagai sarana menuangkan pengalam saya pribadi sebelum dan dalam Pendidikan Calon Guru
Sebelum saya menjadi Calon Guru Penggerak dan belum mempelajari modul 1.1 Saya selalu menggunakan metode ceramah Ketika menyampaikan materi, sehingga saya sangat aktif didalam kelas, guru aktif memberikan materi sesuai dengan pencapaian target kurikulum sedangkan murid diam membisu, di ibaratkan guru sebagai actor sedangkan murid sebagai penonton, tidak ada kesempatan untuk murid bertanya sampai pembelajaran dikelas berakhir. Kadang - kadang murid takut bertanya, apa bila diberi kesempatan bertanya oleh guru, karena murid takut akan diberi hukuman apabila bertanya salah, Murid harus menguasai semua materi ajar yang saya ajarkan Pembelajaran terfokuskan pada pencapaian materi sesuai dengan program tahunan maupun program semester dan Kompetensi Ketercapaian Minimum, Ketika pembelajaran dimulai tidak adanya kesepakatan kelas ketika pada awal pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini saya merubah Mind set saya dikelas sesuai dengan pemikiran Filosofi Ki Hajar Dewantoro Menuntun Menuntun siswa dari segi kodratnya yaitu kodrat alam yang yang ada pada siswa agar dapat memperbaiki prilaku, hidup dan tumbuhnya sesuai kodratnya, dimana kodrat anak suka bermain sehingga di pembelajaran saya memerapkan beberapa metode pembelajaran dengan metode pembelajara bermain dan menyenangkan untuk siswa. Dan Saya menuntun siswa sesuai dengan pemikiran Filosofi Trilogi KHD yaitu Ing ngarso ing Tulodo didepan guru menjadi suri tauladan, berprilaku yang baik, baik terhadap siswa maupun teman sejawat dan masyarakat, ing madya mangun karso di tengan guru memberi semangat, semangat belajar dikelas maupun semangat di rumahnya, dan menggali inspirasi untuk merubah berbagai metode pembelajaran di kelas agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan yang ke tiga Tut Wuri handayani di belakang guru memberikan dorongan, saya selalu memberikan motivasi pada awal dan akhir pembelajaran, dan agar siswa dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya baik sebagai diri sendiri maupun di masyarakat. Merdeka Belajar Dimana kodrat anak bebas dalam menetukan tujuannya siswa bebas lahir batin dalam belajar tidak untuk dipaksakan, siswa belajar sambal bermain dengan merubah berbagai metode pembelajaran agar siswa senang belajar diluar maupun didalam kelas. Dimana sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem peringkat, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat
Pendidikan yang berpihak/ berhamba pada siswa Pendidikan yang menghamba pada anak menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang
menggali motivasi untuk membangun habit anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. Pembelajaran yang seperti ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di era mendatang seperti kreativitas, inovatif, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, daya nalar yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan. pendidikan yang memanusiakan dan memerdekakan memiliki esensi bahwa setiap siswa memiliki keunikan masing-masing dan seharusnya belajar sesuai dengan kesenangan mereka. Tidak harus didikte dengan kurikulum, sistem, dan aneka mata pelajaran yang dipaksakan kepada siswa. Siswa Bukan taburasa/keretas kosong Siswa ibarat Sebuah kertas kosong, maka dibutuhkan orangtua/guru atau pihak luar (eksternal) untuk menolongnya. Tugas guru dan proses pendidikan adalah mengisi kertas kosong itu dengan informasi-informasi (pelajaran) yang penting bagi siswa itu sendiri. . selain itu sebagai seorang guru harus bisa meluruskan atau memperbaiki tingkah laku siswa apabila ada Siswa yang menyimpang dalam tingkah lakunya dan perlu diluruskan untuk menjadi manusia seutuhnya Dengan menebalkan laku siswa dengan kekuatan konteks sosio kultural di Jawa barat yaitu siswa harus memiliki karakter sebagai siswa yang belajar merasakan keadaan orang lain/ kasih saying (niti Surti) belajar memahami keadaan orang lain ( nini harti) belajar melakukan hal hal yang baik ( nini bukti) belajar hidup bersama dan berbakti kepada Tuhan dan negaranya ( nini bhakti) dan siswa yang berguna bagi nusa dan bangsanya (niti jadi) Budi Pekerti, watak, kararakter Ketiga kesatuan yaitu cipta rasa dan karsa/karya, tenaga dan keselarasaaan sangat erat sekali dalam kehidupan di sekolah untuk mengembangkan dan membangun karakter siswa agar lebih baik dimasa yang akan datang, menumbuhkan sifat gotong royong dan kerja sama dalam ketertiban didalam kelas. Dan dengan menerapkan Pendidikan budi pekerti dan Pendidikan Karaker disekolah untuk membangun karakter bangsa yang baik dan mempunyai sikap dan sikap yang peduli terhadap sesama.
Seorang Guru seperti seorang Petani
Seorang guru seperti seorang Petani yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Seorang guru harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Guru harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya
0 Komentar untuk "Jurnal Refleksi Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantoro"